Sabtu, 03 Desember 2011

Sejarah Marga Batak

RAJA BATAK

SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra, yaitu:
1. Guru Tatea Bulan
2. Raja Isombaon

GURU TATEA BULAN
Dari istrinya yang bernama Si Boru Baso Burning, Guru Tatea Bulan memperoleh 
5 orang putra dan 4 orang putri, yaitu :

* Putra (sesuai urutan):
1. Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng), tanpa keturunan
2. Tuan Sariburaja (keturunannya Pasaribu)
3. Limbong Mulana (keturunannya Limbong).
4. Sagala Raja (keturunannya Sagala)
5. Silau Raja (keturunannnya Malau, Manik, Ambarita dan Gurning)

*Putri:
1. Si Boru Pareme (kawin dengan Tuan Sariburaja, ibotona)
2. Si Boru Anting Sabungan, kawin dengan Tuan Sorimangaraja, putra Raja     Isombaon
3. Si Boru Biding Laut, (Diyakini sebagai Nyi Roro Kidul)
4. Si Boru Nan Tinjo (tidak kawin/menjadi tomboy).
PENJABARAN
Tatea Bulan artinya "Tertayang Bulan" = "Tertantang Bulan".
 Raja Isombaon (Raja Isumbaon)

Raja Isombaon artinya raja yang disembah. Isombaon kata dasarnya somba (sembah). Semua keturunan Si Raja Batak dapat dibagi atas 2 golongan besar:
1. Golongan Tatea Bulan = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan. Disebut juga golongan Hula-hula = Marga Lontung.

2. Golongan Isombaon = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga Golongan Boru = Marga Sumba.

BENDERA BATAK

Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera Si Singamangaraja, para orangtua menyebut Sisimangaraja, artinya maha raja), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan Si Raja Batak.

* RAJA UTI
Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng). Raja Uti terkenal sakti dan serba bisa. Satu kesempatan berada berbaur dengan laki-laki, pada kesempatan lain membaur dengan peremuan, orang tua atau anak-anak. Beliau memiliki ilmu yang cukup tinggi, namun secara fisik tidak sempurna. Karena itu, dalam memimpin Tanah Batak, secara kemanusiaan Beliau memandatkan atau bersepakat dengan ponakannya/Bere Sisimangaraja, namun dalam kekuatan spiritual tetap berpusat pada Raja Uti.
SARIBURAJA
Sariburaja adalah nama putra kedua dari Guru Tatea Bulan. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama Si Boru Pareme dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis, satu perempuan satunya lagi laki-laki).
Mula-mula Sariburaja kawin dengan Nai Margiring Laut, yang melahirkan putra bernama Raja Iborboron (Borbor). Tetapi kemudian Saribu Raja mengawini adiknya, Si Boru Pareme, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest.

Pemandangan Hutan Sabulan

Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, yaitu Limbong Mulana, Sagala Raja, dan Silau Raja, maka ketiga saudara tersebut sepakat untuk mengusir Sariburaja. Akibatnya Sariburaja mengembara ke hutan Sabulan meninggalkan Si Boru Pareme yang sedang dalam keadaan hamil. Ketika Si Boru Pareme hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, tetapi di hutan tersebut Sariburaja kebetulan bertemu dengan dia.

Sariburaja datang bersama seekor harimau betina yang sebelumnya telah dipeliharanya menjadi "istrinya" di hutan itu. Harimau betina itulah yang kemudian merawat serta memberi makan Si Boru Pareme di dalam hutan. Si Boru Pareme melahirkan seorang putra yang diberi nama Si Raja Lontung.

 
SI Raja Lotung Dan Ibunya Si Boru Pareme

Dari istrinya sang harimau, Sariburaja memperoleh seorang putra yang diberi nama Si Raja Babiat. Di kemudian hari Si Raja Babiat mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga Bayoangin.

Karena selalu dikejar-kejar dan diintip oleh saudara-saudaranya, Sariburaja berkelana ke daerah Angkola dan seterusnya hingga ke daerah Barus. 
 
Sampai disini dulu BOS....NEXT Posting keturunan dari raja Tuan Sariburaja

KATA BIJAK RAJA SONAK MALELA

Raja Sonak Malela, mempunyai nilai “Raja” dalam dirinya sebagai pemikir.
Monumen Raja Sonak Malela yang berlokasi di ibu kota Kabupaten Toba Samosir BALIGE - Sumatera Utara.
Nilai atau pemikiran yang ditinggalkan, bagi kita turunan Raja Sonak Malela masih dikenang dan dipanuti.

Pesan apaka gerangan yang ditinggalkan Raja Sonak Malela bagi marga Simangunsong, Marpaung, Napitupulu dan Pardede, Raja Sonak Malela akan selalu dikenang bukan saja sebagai leluhurnya yang menurunkan ke empat anak (marga), melainkan juga pesannya yang cukup terkenal demikian:

I. S I S A D A R O H A
S I  S A D A  L U L U  A N A K
S I  S A D A  L U L U  B O R U
S I  S A D A  L U L U  T A N O
S I  S A D A  P A N G K I L A L A A N

II. A N A K N A  S O  J A D I  M A S I  B O L A  –  B O L A A N
B O R U N A  S O  J A D I  M A S I T I N D I A N
I N G K O N  S A D A
S O N G O N   D A I   O N   A E K
N D A N G  M A R D U A
S O N G O N   D A I   O N   T U A K
Artinya:
“ Bersatulah anak-anak Lelakimu Bersatulah anak-anak Perempuanmu
Bersatulah mewarisi Tanah Leluhurmu Bersatulah dalam Tekad dan Cita-citamu

Anak-anak lelakimu tidak bolah saling Mendengki Anak-anak Perempuanmu tidak bolah saling Memadu
Harus bersatu
Seperti Rasanya Kesejukan Air Minum Tidak Mendua Seperti Rasanya Air Nira.

Ungkapan Raja Sonak Malela ini yang dipesankannya sekira 500 tahun silam kepada keturunannya secara nilai berada di puncak bagi masyarakat yang peka dengan perpecahan atau bagi bangsa yang pluralistic seperti Indonesia.
Dikaji secara mendalam arti “Sisada Lulu” adalah persatuan dan kesatuan dan tidak hanya terbatas pada anak-anak Raja Sonak Malela tetapi juga mengandung nilai dalam lingkup yang luas, orang Batak seluruhnya bahkan bangsa Indonesia.

Bila kita simak Sumpah Pemuda Tahun 1928: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia,
bukanlah sangat mirip dengan pesan Raja Sonak Malela…?

“ Sisada Lulu Anak, Sisada Lulu Boru,” artinya, “Satu Putra, Satu Putri,” atau juga “Satu Bangsa”.
“ Sisada Lulu Tano,” artinya ”Satu Tanah Air atau Satu Nusa,”
“ Sisada Pangkilalaan,” artinya “Satu Tekad, Satu Cita-cita.”
“Anak naso Masibola-bolaan,” artinya “Turunan lelaki hendaknya tidak saling memecah-belah.” Dan
Boru Nasojadi Masitindian,” artinya “Anak Perempuan jangan Mau Sama-sama dimadu”
Monumen Raja SONAKMALELA

Setelah berlalu 500 tahun, mungkin saja pesan ini dilupakan.Mungkin juga hanya sekedar kenangan, sementara saat ini makin diperlukan peranan turunan Raja Sonak Malela berjumlah ratusan ribu atau bahkan sudah jutaan banyaknya ikut ambil bagian dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.Dunia yang dilanda globalisasi, informasi, persaingan dan konsumeristis menjadikan manusia individualistis, egoistis dan hal lainnya yang jauh dari kebersamaan.

Semangat persatuan yang dipesankan oleh Raja Sonak Malela sudah saatnya diangkat kembali dalam suasana bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan rasa bangga kita ikut serta mewujdkan Wawasan nusantara yang cara pandang Bangsa Indonesia yang mengandalkan persatuan dan kesatuan karena didalamnya terdapat pesan Raja Sonak Malela.

Hai..!, Generasi muda Sonak Malela yang berada diperantauan di seluruh Nusantara, anda-anda harus menjadi penerus yang berkualitas, yang mampu bersaing dan maju, namun tetap menjaga persatuan.Ingat pesan, Tona Raja Sonak Malela, Bersatulah, saling tolong menolong jauhkan perpecahan, jauhkan hosom, teal, elat dan late.Jadila “Raja” seperti Raja Sonak Malela memperdulikan turunan, meninggalkan tona / pesan.